![]() |
Source : pinteres.com |
Jadi ceritanya gini, di meja counter elektronik, aku minta si petugas untuk memilihkan salah satu charger yang pas untuk ipadku. Nah, udah pasti harus di-tes-kan? Maka, aku buka tas deh, ambil ipad untuk ngetest kabel/chargernya. Sebelum ngeluarin ipad, dengan santai aku keluarin lebih dulu dompet HP. Itu lho, dompet yang telah sekian lama setia menampung dua HP kesayangan. Nah, aku taruh deh itu dompet di sisi kiriku, di atas meja counter elektroniknya Borma. Lalu dengan santai aku mencoba si charger. Sama sekali ga curiga jika gerakan santai meletakkan dompet HP di sisi kiri itu adalah awal dari malapetaka itu. Hiks. Beres ngetes si charger dan klop, aku serahkan deh charger ke si petugas untuk dibawa ke kasa, dan aku pun melenggang santai tanpa prasangka meninggalkan counter itu. Masih sempat wara wiri lihat-lihat kertas isi ulang untuk binder yang sudah butuh di tambah lagi kertasnya. Feelingku yang biasanya tajam, masih saja tenang, damai.
Belanja ini itu, masih juga tenang, hingga bayar-bayar di kasir pun lancar, lalu melangkah santailah aku keluar dari Borma, dan nyetop angkot untuk pulang ke rumah. Semua masih terasa damai, hingga kemudian, sesampai di rumah, telingaku menyadari akan sesuatu. Yap. Dari tadi tuh kok sepertinya sepi-sepi aja ya? Ga ada bunyi notif sama sekali? Ga mungkin aja dari sekian banyak akun yang aktif di Oppie [my OPPO Find 5 mini], sama sekali ga ada yang bunyi. Begitu juga Oryx [my Onyx Berry], tumben diem amat, tak satu pun yang menelefon?
![]() |
My Lovely Oppie and Oryx Trims untuk pengabdian kalian yaaa. Hiks.. |
Masih berusaha untuk menolak kenyataan dan berharap nasib baik masih berpihak kepadaku. Segera aku kembali ke Borma, menghubungi petugas informasi in case mereka ketitipan sebuah dompet HP berwarna hijau, plus dua buah HP yang berada di dalamnya, yang [mungkin] diserahkan oleh yang menemukannya ke bagian informasi. Hasilnya? NIHIL. Masih tak ingin menyerah, kukunjungi kembali counter elektronik dan bertemu dengan si Aa yang tadi bertugas di sana. Jawabannya, big NO. Dia tak melihat atau tepatnya, tidak terlalu memperhatikan karena pada saat itu ada beberapa calon pembeli yang juga harus dilayani. Hiks....
Apa daya..., menangis pun, tetap saja tak akan mampu mengembalikan barang yang telah hilang itu. Kalo tadi ketinggalannya di tempat tertutup dan limited, masih mending, nah ini? Di tempat terbuka dan ramai seperti Borma swalayan! Weleh-weleh.
Kulangkahkan kaki untuk pulang. Bersujud zuhur seraya berpasrah diri kepada-Nya. Dia Maha Tahu di mana kedua hape tersayang itu kini. Dia Yang Maha Tahu di tangan siapa kedua hape itu kini. Mungkin ini adalah teguran dari-Nya, agar aku lebih berhati-hati, lebih mengasah ingatan agar penyakit lupa ini tidak semakin merajalela. Agar tidak menjadikan usia sebagai faktor U sebagai pembenaran untuk setiap kelalaian. Terima kasih atas peringatan/teguran ini, ya Rabbi. Beri hamba rezeki yang berlebih, agar mampu mengganti keduanya yang telah pergi itu. Aamiin.
pelajaran berharga dari sebuah kelalaian,
Alaika, Bandung, 23 Januari 2015